ITTIHAD MUDARRISI AL-LUGHAH AL-ARABIYYAH (IMLA)
PERKUMPULAN PENGAJAR BAHASA ARAB INDONESIA
55000
Foreign Followers
60
Certified Teachers
2240
Students Enrolled
215
Complete Courses
Perjalanan Perkembangan IMLA
- Sesuai dengan angin segar perubahan, demokrasi dan peningkatan partisipasi sosial yang menghampiri Indonesia pada akhir 1990an, pada tanggal 9 Desember 1998, di kota udara sejuk dan apel hijau (Malang), muncul ajakan untuk mendirikan organisasi profesi bagi dosen bahasa Arab di Indonesia.
- Ajakan tersebut, tidak lama kemudian, dibawa ke kota pendidikan dan para sultan (Yogyakarta) untuk dimatangkan pada tahun 1999, melalui forum-forum musyawarah antar pelaku dan pemerhati bahasa Arab dan pembelajarannya, sehingga muncul niat mengadakan sebuah muktamar umum yang dihadiri dosen bahasa Arab se-Indonesia.
- Muktamar tersebut telah diadakan di Malang pada tanggal 25 September 1999, dengan sebutan Muktamar Pertama Dosen Bahasa Arab, dan pada muktamar itu juga, IMLA diresmikan.
- Sebutan IMLA dipilih sebagai tanda keberuntungan dari salah satu ilmu bahasa Arab, yakni Imlā’. Sebutan itu juga dapat dianggap sebagai kata perintah, dengan menggantikan huruf alif di akhir kata IMLA dengan huruf hamzah, yang berarti ‘penuhi-lah’; yang berimplikasi ‘penuhi panggilan pengembangan sistem pembelajaran bahasa Arab sesuai dengan tantangan zaman’. Sebutan IMLA juga dapat berarti, dengan mengganti posisi huruf hamzah dari bawah huruf alif ke atasnya; dapat berarti ‘harapan’, yang berimplikasi ‘harapan baru mengoreksi perjalanan sistem pembelajaran bahasa Arab; sebuah harapan yang dinyatakan oleh kehadiran IMLA itu sendiri.
- Sejak muktamar pertama itu, kegiatan lokal, nasional dan internasional, baik pertemuan ilmiah, pelatihan, riset, maupun koordinasi; kegiatan itu terus-menerus dilakukan IMLA. Dokumen-dokumen dasar IMLA pun terus-menerus mengalami perubahan sesuai dengan maksud dan tujuan inti IMLA dan tantangan konteks peradaban.
- Pada tahun-tahun terakhir, perhatian di kalangan pelaku dan penggiat bahasa secara umum, dan bahasa Arab secara khusus, termausk kalangan IMLA, semakin meningkat tentang vitalnya sistem pendidikan bahasa Arab dalam proses pembangunan karakter dan budaya bangsa, serta peradaban yang berkelanjutan. Pada tahun-tahun terakhir juga, pengalaman IMLA semakin matang, jejaring komunikasinya semakin meluas, kesadaran akan tantangan semakin jernih dan menyeluruh, oleh karena itu, profil ini disusun ulang dengan meliputi kerangka berpikir, Sifat dasar dan Visi, Misi-misi, Fungsi-fungsi, Program Kerja, Susunan Pengurus, serta Pendanaan IMLA; profil ini disusun ulang agar mencerminkan perubahan pada peran dan kinerja IMLA sesuai dengan tuntutan zaman dan maksud-maksud pokok organisasi.
Latar Belakang Pendorong untuk Berdirinya IMLA
- Meskipun bahasa Arab telah lama dikenal orang Indonesia, yakni sejak masuknya Islam pada abad ke duabelas Masehi, namun pembelajaran dan pengembangan bahasa Arab, seakan-akan jalan di tempat.
- Mendesaknya kebutuhan akan sebuah organisasi profesi yang mengemban tugas peningkatan kompetensi profesional dan pedagogik serta taraf hidup, maknawi dan materi, dosen bahasa Arab di Indonesia, berdasarkan integrasi pengetahuan dan integritas karakter.
- Meningkatnya permintaan akan pengembangan kebudayaan dan karakter bangsa, dalam rangka pembangunan berkelanjutan, sebagai respon global terhadap tantangan dan bahaya yang mengancam peradaban manusia saat ini. Maklum, pengembangan bahasa dan integrasi pengetahuan menduduki jantung pengembangan tersebut.
KERANGKA BERPIKIR DASAR IMLA
- IMLA mengadopsi kerangka berpikir sistematis terhadap bahasa dan pendidikan bahasa, di mana kedua sistem tersebut merupakan obyek utama perhatian IMLA sebagai oranisasi profesi pengajar bahasa Arab. Kerangka Berpikir ini memandang bahasa dan pendidikannya sebagai dua sistem dalam diri masing-masing, dan dalam waktu yang sama, sebagai dua sistem dalam kesatuan sistem budaya. Adapun sistem budaya yang dipandang oleh Kerangka Berpikir ini sebagai faktor esensial pada proses pembangunan berkelanjutan yang dicita-citakan Indonesia, Dunia Islami, dan seluruh umat manusia kini. Pada proses pembangunan berkelanjutan ini, manusia diharapkan dapat membina hubungan yang seimbang dan berkesinambungan dengan Tuhan, diri, masyarakat, lingkungan alam dan lingkungan buatan sekitar manusia itu.
- Bahasa natural, merupakan suatu kekhasan manusia yang tidak tersedia pada makhluk-makhluk lain. Bahasa merupakan inti dari proses kognisi dan pembentukan budaya. Dengan demikian, cara kita memperlakukan bahasa sangat mempengaruhi pembentukan nilai, motivasi dan sikap manusia (baca: karakternya).
- Bahasa Arab menduduki jantung proses pembentukan budaya dan karakter Islami. Manusia muslim, baik individu maupun masyarakat, tidak akan mampu menyatakan budaya Islami, secara riil, dengan sungguh-sungguh, sebagai manusia berkeTuhanan, bertazkiyah, khalifah dan pemakmur bumi; tidak akan mampu menyatakan budaya itu kecuali ia memungkinkan bahasa Arab untuk membentuk kesadaran dan kognisinya, lalu nilai, motivasi dan sikapnya.
- Bahasa Arab, sebagaimana Qur’an, merupakan cerminan simbolik dari wujud dalam dan luar manusia. Bahasa Arab memiliki sejumlah karakteristik umum yang menjadikannya sistem simbolik paling tepat untuk mempersiapkan manusia secara umum, dan manusia muslim secara khusus, untuk memainkan peran efektif dalam proses pembangunan berkelanjutan. Bahasa Arab memiliki sifat kejelasan dan penguraian, sistematis dan saling-berkaitan, multidimensi, ilmiah, dan ideal. Kesemua karakteristik itu sangat dibutuhkan oleh manusia kini dalam mengonstruksi pengetahuannya akan diri dan dunia di luarnya; baik secara riil maupun secara ideal, menuju pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.
- Bahasa pada umumnya, termasuk bahasa Arab, dipandang oleh IMLA sebagai sistem, yang terdiri dari sejumlah sub-sistem pokok; yaitu sub-sistem penggunaan bahasa (memahami dan memahamkan atau tabayyun dan bayān), sub-sistem perkamusan, sub-sistem tata bahasa, sub-sistem komputerisasi bahasa Arab. Sistem bahasa Arab beridiri atas infra struktur yang meliputi sumber daya informasi kebahasaan, sumber daya manusia dan kebijakan bahasa Arab. Sistem bahasa Arab terpengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya, mulai dari pemangku kepentingan, sistem-sistem bahasa terkait dan ultra-struktur yang meliputi keadaan budaya, sosial, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan serta lingkungan alam.
- Pendidikan, dalam rangka ini pendidikan bahasa Arab, merupakan proses inti dari pembentukan budaya dan karakter suatu kaum. IMLA memandang pendidikan bahasa Arab sebagai sistem yang teridiri, secara mendasar, dari dosen (guru/fasilitator/pelatih), mahasiswa (murid/peserta latihan), kurikulum, metodologi kurikulum dan instansi pendidikan. Sistem pendidikan bahasa Arab berdiri atas sebuah infrastrukutr yang meliputi sumber daya informasi pendidikan, sumber daya manusia pendidikan, dan kebijakan pendidikan Arab. Sistem pendidikan bahasa Arab mempengaruhi dan terpengaruhi oleh interaksi antara pemangku kepentingan, sistem-sistem pendidikan terkait, dan ultra struktur sistem pendidikan itu.
- Masing-masing sistem bahasa dan pendidikan, yang membentuk sebuah sistem bersama; yaitu ‘sistem pendidikan bahasa Arab’, saling berkaitan dalam rangka sebuah sistem yang meliputi keduanya; yaitu sistem budaya. Sistem budaya, dalam hal ini budaya Indonesia yang berdasarkan Islam, meliputi, selain sub-sistem bahasa dan sub-sistem pendidikan, sub-sistem akidah dan nilai, sub-sistem media-masa, sub-sistem inovasi, dan sub-sistem pemikiran kebudayaan Indonesia-Islami.
- Oleh karena itu, meski IMLA bergerak di bidang ‘pendidikan bahasa Arab’ secara khusus, IMLA, juga perlu melengkapi pergerakannya dengan memperhatikan bidang-bidang seperti akidah dan nilai pendidikan bahasa Arab, media masa dan informasi pendidikan bahasa Arab, inovasi dan seni pendidikan bahasa Arab dan pemikiran kebudayaan pendidikan bahasa Arab.
- Di samping keterkaitan antara sistem bahasa Arab dan pendidikan bahasa Arab dalam kesatuan sistem budaya Indonesia-Islami, sistem budaya itu pun bertukar pengaruh dengan sistem pembangunan peradaban, dalam rankga ini sistem pembangunan berkelanjutan yang dicita-citakan oleh insan Indonesia pada khususnya dan insan muslim dan global pada umumnya.
- Sistem pembangunan peradaban yang berkelanjutan tersebut seyogyanya menjadi tujuan akhir dari segala aksi individu maupun sosial kini, mengingat tantangan yang dihadapi umat manusia secara bersama-sama. Dalam rangka ini, seluruh kegiatan IMLA diharapkan ikut serta dalam proses pembangunan tersebut; di Indonesia, di Dunia Islami maupun di dunia internasional. Dengan demikian, memperkuat hubungan antara ‘pendidikan bahasa Arab di Indonesia’ dan ‘pembangunan berkelanjutan secara budaya, sosial, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan serta alamiah’; memperkuat hubungan tersebut merupakan salah satu bidang pokok kegiatan IMLA.
- Keadaan ‘sistem pendidikan bahasa Arab’ di Indonesia kini, mengalami kekurangan yang sangat, mengingat tujuan dan maksud sistem pendidikan tersebut, baik tujuan kebahasaan, kependidikan, kebudayaan, maupun pembangunan. Oleh karenanya, IMLA didirikan dan dikembangkan terus-menerus secara keilmuan, kelembagaan, sumber daya mansia dan kerja sama; agar dapat meningkat sebanding dengan tantangan-tantangan zaman kini.
- Berdasarkan serangkaian pikiran yang mendasari berdiri dan berkembangnya IMLA di atas, maka sungguh-sungguh IMLA diharapkan mengemban peran-peran vital pada empat bidang pokok; dua di antaranya merupakan bidang perhatian primer, sedangkan dua yang lain merupakan bidang perhatian sekunder. Kedua bidang perhatian primer adalah bidang bahasa Arab dan bidang pendidikan bahasa Arab, sedangkan kedua bidang perhatian sekunder adalah bidang kebudayaan Indonesia-Islami dan bidang pembangunan berkelanjutan di Indonesia, Dunia Islami dan dunia internasional. Perlu diingat bahwa menyifatkan bidang budaya dan pembangunan sebagai bidang sekunder, sama sekali, tidak berarti kepentingan yang kurang banyak, melainkan sifat itu adalah demi keperluan fungsional dan koordinasi semata.
- Oleh karena itu, berkembanglah IMLA sebagai organisasi yang berusaha untuk mencapai maksud-maksud dua sub-sistem pada sistem budya Indonesia-Islami; yaitu sub-sistem bahasa Arab dan sub-sistem pendidikan bahasa Arab, dengan dosen/guru bahasa Arab di jantung kedua sistem itu. Adapun seluruh usaha tersebut dilakukan demi mencapai maksud-maksud yang lebih luas; yaitu maksud-maksud pembangunan karakter dan budaya bangsa, hal yang diharapkan dapat mempengaruhi secara positif perjalanan pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia, Dunia Islami dan seluruh umat manusia.